Pages

Subscribe:

Selasa, 06 November 2012

MIKROALGA SEBAGAI BAHAN BAKU BIOFUEL DAN BIODIESEL





MIKROALGA SEBAGAI BAHAN BAKU BIOFUEL DAN BIODIESEL

1.      PROSPEK MIKROALGA
Mikroalga memiliki potensi sebagai bahan baku biofuel dan biodiesel karena:
1.      Indonesia memiliki keanekaragaman mikroalga yang tinggi.
2.   Potensi geografis Indonesia dengan perairan laut tropis yang luar dan sinar matahari yang melimpah.
3.      Kemampuan mikroalga untuk memfiksasi CO2.
4.      Berpotensi sebagai sumber energy yang ramah lingkungan dan berkelanjutan
5. Memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dengan produksi yang tinggi, tidak mengandung racun, serta biodegradable.
6.  Beberapa dari spesies alga berpotensi untuk memproduksi biodiesel berdasarkan kandungan minyak yang tinggi.
7.      Mikroalga memproduksi banyak biofuel jika dibandingkan dengan biofuel dari tanaman
8.      Produksi mikroalga akan meningkat seiring dengan meningkatnya kadar lipid.

Beberapa spesies mikroalga laut berpotensi sebagai biofuel diantaranya :
Chorella sp, Dunaliella sp, Spirulina sp, Nitzschia sp, Chaetoceros chalcitris, isochrysis sp, Scenedesmus sp, Nannochloropsis oculata, Tetraselmis chulii, Chaetoceros sp, Porphyridium cruentum, Phaeodactylum tricornutum, dll.

2.      TEKNIK ISOLASI DAN KULTIVASI MIKROALGA
a.      Isolasi Mikroalga
Isolasi mikroalga merupakan suatu teknik untuk memisahkan spesies mikroalga dari sumbernya di alam. Tujuannya adalah untuk memperoleh satu spesies mikroalga untuk tahap monokultur. Pengambilan sampel mikroalga diambil dari habitat aslinya kemudian dilakukan perlakuan khusus di laboratorium.
Seleksi mikroalga yang tepat sebagai bahan baku biofuel dan biodiesel antara lain:
1.      Memiliki komponen dasar minyak yang tinggi
2.      Mampu bertahan dalam perubahan lingkungan
3.      Tingkat pertumbuhan tinggi

b.      Teknik Kultivasi Mikroalga
Kultivasi mikroalga merupakan suatu teknik untuk menumbuhkan mikroalga dalam lingkungan tertentu yang terkontrol. Tujuannya adalah menyediakan spesies tunggal pada kultur masal mikroalga untuk tahap pemanenan. Proses kultivasi ini dapat dilakukan didalam ruangan (indoor) maupun di luar ruangan (outdoor).
Kebutuhan mikroalga selama proses kultivasi harus sangat diperhatikan diataranya:
1.      Cahaya
2.      Air
3.      Karbondoksida
4.      Mineral dan Nutrien
Selama proses kultivasi terdapat fase pertumbuhan mikroalga yaitu:
1.      Lag or Induction Phase
2.      Exponensial Phase
3.      Phase of Declining Growth Rate
4.      Stationary Phase

3.      PEMANENAN MIKROALGA
Pemanenan bertujuan untuk menyediakan stok biomasa dari mikoalga untuk tahap ekstraksi minyak. Banyak metode yang bisa dilakukan untuk pemanenan mikroalga diantaranya:
1.      Filtration
Biomassa mikroalga dipisahkan dari media kultur cair menggunakan kain/jarring penyaringan berdiameter kecil.
2.      Centrifuging
Biomasa mikroalga dikumpulkan dengan memisahkan (centrifuging) mikroalga hasil kultivasi untuk mengumpulkan komponen padat yang berbeda pada dasar meia kultivasi.
3.      Flocculation
Memisahkan mikroalga dengan media kultur cair dengan cara menggabungkan dengan spesies mikroalga yang bersifat flukulan.

4.      Ultrasonic Sound
Menggunakan gelombang suara ultrasonic pada frekuensi tertentu untuk mengumpulkan mikoalga terpisah dari media kultur.
4.      EKSTRAKSI MIKROALGA
Ekstraksi merupakan pemisahan materi yang memiliki tipe kimiawi dan daya larut berbeda dengan pelarut secara selektif. Metode ekstraksi yang biasa digunakan diantaranya:
1.      Sistem pengepresan
2.      Sistem pelarut Hexana
3.      Ekstrak Fluida Supercritical
4.      Metode lain (Enzyme, Osmosis, Ultrasonic)


0 komentar:

Posting Komentar